KUBET – BMKG: Modifikasi Cuaca Turunkan Keekstreman Hujan selama LebaranĀ 

Ilustrasi hujan.

Lihat Foto

operasi modifikasi cuaca (OMC) efektif dalam menurunkan tingkat keekstreman hujan selama momen Lebaran atau Idul Fitri 2025.

Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Utama BMKG Guswanto mengatakan, OMC selama momen mudik dan balik Lebaran digelar selama 44 hari dan 132 sorti.

Guswanto menyampaikan, OMC tersebut dilaksanakan BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah.

“Dengan total 442 jam terbang dan menggunakan 119,4 ton garam,” kata Guswanto dalam rapat evaluasi dengan Komisi V DPR RI yang disiarkan secara daring di Jakarta, Rabu (23/4/2025), sebagaimana dilansir Antara.

Dia menjabarkan, dari total operasi modifikasi cuaca, Provinsi DKI Jakarta mendapat jatah pada 11-20 Maret. Sedangkan di Jawa Barat dilaksanakan 28-30 Maret dan 3 April.

Dalam rapat tersebut, BMKG memaparkan perhitungan sementara keekstreman hujan di Jakarta mampu dikurangi sampai 53,42 persen.

Sedangkan di Jawa Barat, tingkat keekstreman hujan berkurang sampai 47,92 persen setelah dilakukan operasi modifikasi cuaca.

Guswanto menilai, OMC yang dilakukan dengan menyemai garam ke awan potensial menggunakan pesawat efektif mengurangi ekstrimitas cuaca.

Misalnya di Jawa Barat, terpantau hanya terdapat tujuh kejadian hujan dengan intensitas lebat-ekstrem selama kegiatan dilakukan.

BMKG menilai hujan di wilayah Jawa Barat tersebut jauh lebih baik bila dibandingkan dengan provinsi lain yang pada periode sama tidak melaksanakan OMC secara spesifik.

Contohnya seperti Jawa Tengah sebanyak 41 kejadian hujan lebat sampai ekstrem, dan Jawa Timur sebanyak 38 kejadian hujan lebat sampai ekstrem.

Intensitas hujan tertinggi terjadi pada 28 Maret di Jawa Barat ada sebanyak enam kejadian, Jawa tengah 33 kejadian dan Jawa Timur 31 kejadian. 

Hujan di wilayah tersebut memiliki ketebalan 50-100 mm per hari (lebat), sangat lebat (100-150 mm per hari) dan ekstrem (lebih dari 150 mm per hari).

Menurut dia, pada hari selanjutnya data AWS menunjukkan tidak ada hujan lebat-ekstrem selama operasi yang per harinya berlangsung selama 12-24 jam itu.

“Kalaupun ada dapat dilihat data AWS mencatat cuma satu kali terjadi pada 30 Maret-nya di Jawa Barat,” papar Guswanto.

Untuk itu, Guswanto menyebutkan bahwa OMC patut menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah dalam mengurangi risiko bencana hidrometeorologi di masa depan.

Posted in Tak Berkategori

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *