
Universitas Indonesia, Budi Haryanto, mengatakan penggunaan BBM kualitas rendah harus dibatasi agar bisa memangkas emisi karbon.
Hal ini menjadi penting dilakukan sebab emisi karbon menjadi penyebab utama pencemaran udara dan banyak masalah kesehatan yang disebabkan oleh polusi udara.
“Masalahnya saat ini transportasi masih menggunakan BBM kotor, itukan penyebab utama masalah udara, maka kita harus pangkas penggunaan BBM kotor tersebut.” ungkap Budi dalam workshop Dampak Peningkatan Kualitas Bahan Bakar terhadap Parameter Polutan, Kesehatan, dan Ekonomi yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia Kamis (17/4/2025).
Lebih lanjut, dia mengatakan perlunya tindakan tegas untuk memangkas sumber emisi karbon tersebut.
Budi menyampaikan bahwa masalah polusi udara dan tingginya emisi karbon tak hanya berdampak buruk pada kesehatan, tetapi juga pada lingkungan. Untuk itu, perlu peningkatan kualitas BBM.
Namun demikian, perubahan penggunaan BBM kualitas tinggi tidak bisa dilakukan secara instan. Karenanya, bisa dimulai dengan memangkas penggunaan BBM kotor.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan UI, akan terjadi penurunan penyakit akibat polusi udara yang signifikan jika kualitas BBM dinaikkan dari saat ini.
“Dengan adanya peningkatan kualitas BBM, kita bisa lihat terjadi penurunan penyakit pneumonia sekitar 86 persen sampai tahun 2030.” ujarnya.
Sebagai informasi, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jakarta mengatakan bahwa kondisi udara Jakarta berada di tahap yang mengkhawatirkan bahkan saat masih di musim hujan.
Berdasarkan data yang dimiliki dinas lingkungan hidup, 44,7 persen penyumbang emisi karbon disebabkan dari penggunaan transportasi.