
Donald Trump bisa menurunkan pertumbuhan konsumsi minyak dunia pada tahun ini.
Untuk diketahui, pertumbuhan permintaan minyak menjadi salah satu indikator penting dalam pertumbuhan ekonomi dunia.
Temuan tersebut mengemuka berdasarkan analisis terbaru dari Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA).
Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal barang impor terhadap berbagai negara, sehingga memantik perang dangang terutama dengan China.
IEA sebelumnya memperkirakan, pertumbuhan permintaan minyak global bisa naik 1,03 juta barel per hari pada tahun ini.
Kini, lembaga pemantau energi yang berbasis di Paris, Perancis memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global hingga sepertiga dari sebelumnya.
IEA juga mengumumkan, mereka bisa saja merevisi perkiraannya jauh lebih turun jika perang dagang semakin parah.
“Meski impor minyak, gas, dan produk olahan dikecualikan dari tarif yang diumumkan oleh AS, kekhawatiran bahwa tindakan tersebut dapat memicu inflasi, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan mengintensifkan sengketa perdagangan bisa membebani harga minyak,” kata IEA, sebagaimana dilansir The Guardian, Selasa (15/4/2025).
Dalam waktu kurang dari sepekan sejak Trump mengumkan tarif resiprokal, harga minyak acuan turun dari hampir 75 dollar AS per barel menjadi di bawah 60 dollar AS per barel, level terendah dalam empat tahun terakhir.
Harga minyak kembali menguat menjadi sekitar 65 dollar AS pada Selasa setelah Trump menunda beberapa tarif selama 90 hari, sambil menunggu negosiasi.
Bank-bank besar juga merevisi perkiraan harga minyak mereka untuk memperhitungkan potensi resesi ekonomi global.
Simalakama
IEA memperingatkan, jatuhnya harga pasar minyak yang dipicu oleh tarif perdagangan Trump kemungkinan justru akan menjadi buah simalakama bagi kampanyenya.
Pasalnya, Trump sebelumnya berjanji untuk memperluas industri minyak dan gas “Negeri Paman Sam”. Penurunan harga minyak bisa membuat produsen minyak di AS menjadi kurang profit atau malah tekor.
Di sisi lain, para produsen minyak jenis shale oil di AS membutuhkan harga minyak global setidaknya 65 dollar AS per barel agar bisa menghasilkan laba.
IEA menyebutkan, industri tersebut sekarang juga bisa menghadapi biaya yang lebih tinggi untuk mengimpor baja dan peralatan pengeboran sebagai akibat dari tarif Trump.
Sementara itu, negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC dan aliansinya mengatakan, mereka akan meningkatkan produksi minyak kolektif sebesar 411.000 barel per hari.