TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di sudut terpencil Kupang, tragedi memilukan menyentuh hati ketika Ribka Bonlae, seorang wanita hamil berusia 21 tahun, kehilangan nyawanya setelah melewati perjalanan yang seharusnya membawa harapan.
Ribka Bonlae meninggal dunia setelah ditandu ratusan kilometer menuju ke rumah sakit.
Ribka, yang saat itu tengah mengandung lima bulan, harus dihadapkan pada kenyataan pahit yang tak terduga.
Dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Manubelon, Ribka dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Naibonat, sebuah perjalanan yang mengharuskan keluarganya menempuh jarak ratusan kilometer.
Terlebih lagi, akses menuju rumah sakit tersebut bukanlah perkara mudah.
Jalan rusak dan jembatan yang putus membuat perjalanan menjadi melelahkan dan berbahaya.
Keluarga Ribka bahkan harus melewati tiga sungai dengan arus deras, memaksa mereka menggotong tubuhnya yang lemah melewati rintangan demi rintangan.
Kepala Desa Manubelon, Anton Tak, mengungkapkan betapa sulitnya perjalanan tersebut. “Dia meninggal dalam perjalanan. Jenazahnya sudah disemayamkan di rumah duka,” ujarnya dengan nada penuh duka, Rabu (19/2/2025).
Keberangkatan Ribka dari Puskesmas tersebut berlangsung setelah petugas medis menyadari kondisinya yang memburuk.
Di saat kondisi Ribka semakin genting, keluarganya berjuang sekuat tenaga, menerjang waktu dan jarak dengan harapan bisa menyelamatkan nyawanya.
Namun, harapan tersebut sirna ketika napas Ribka terhenti sebelum mencapai tujuan.
Kejadian ini juga menjadi gambaran tentang buruknya infrastruktur kesehatan di daerah terpencil, di mana akses menuju layanan medis sering kali terhambat oleh tantangan geografi dan kurangnya fasilitas yang memadai.
Jenazah Ribka yang penuh harapan dan impian diantar menuju RSUD Naibonat, tidak untuk diselamatkan, melainkan untuk dipersiapkan untuk peristirahatan terakhir.
Proses pemakaman yang direncanakan pada pagi hari setelah Ribka dipulangkan ke Desa Manubelon pada Selasa malam, menggambarkan betapa cepatnya sebuah kisah kehidupan bisa berakhir tanpa memberikan kesempatan untuk bertahan.
Terpisah, Kepala Puskesmas Manubelon, Agnes Raro mengatakan Ribka meninggal saat dalam perjalanan di sekitar wilayah Pariti.
“Korban tadi meninggal dunia sebelum mendapat penanganan lebih lanjut,” ungkap Agnes via telepon, Selasa 18 Februari 2025.
Tragedi Ribka Bonlae adalah satu dari banyak kisah memilukan di Indonesia yang mencerminkan tantangan berat yang dihadapi oleh ibu hamil di daerah-daerah terpencil.
Kisah Ribka seharusnya menjadi panggilan bagi semua pihak untuk bekerja sama mengatasi ketidakadilan dalam akses kesehatan, agar tidak ada lagi wanita seperti Ribka yang harus merelakan nyawa mereka dalam perjalanan menuju harapan.
Sumber: Tribun Flores